Hal itu tidak akan bisa dilakukan melalui cara damai atau berbagai macam bentuk perundingan. Namun hanya bisa ditaklukkan dengan jihad fi sabilillah. Aktivitas jihad ini telah dicontohkan oleh Rasulullah saw., dan telah terbukti mampu mengakhiri penjajahan.
Oleh:
Sriyanti (Ibu Rumah Tangga, Pegiat Literasi)
POROSNARASI.COM – Zionis semakin biadab. Serangan udara kembali dilancarkan menyasar rumah sakit di Gaza, sedikitnya menewaskan 15 orang, dan empat orang di antaranya adalah para jurnalis. Mereka adalah Hussam al Masri juru kamera sekaligus kontraktor Reuters, Mariam abu Dagga, Mohammed Salama, dan Moaz Abu Taha. Serangan tersebut dikecam keras oleh serikat jurnalis Palestina, dan menyebutnya sebagai perang terbuka terhadap media independen untuk mengancam media dan mencegah media untuk mengungkap kejahatan zionis pada dunia. (beritasatu.com 25/08/2025)
Apa yang dilakukan Zionis Yahudi pada kaum muslimin di Palestina, sungguh kebiadaban di luar batas. Bangsa tersebut sudah tak layak disebut manusia. Di tengah kelaparan yang mereka ciptakan, warga Palestina masih terus dibombardir. Para petugas medis dan para jurnalis yang mendapatkan perlindungan dari hukum internasional pun dijadikan sasaran. Badan kebebasan pers terkemuka, Committee to protect journalists, menyebutkan bahwa perang Gaza paling mematikan bagi para jurnalis.
Pembelaan dan dukungan terhadap Palestina pun datang dari berbagai masyarakat di belahan bumi, namun sayang para penguasanya tetap tidak peduli. Begitu juga dengan para pemimpin negeri muslim, mereka hanya diam menyaksikan kezaliman ini. Bahkan tanpa rasa malu dan bersalah, para penguasa negeri muslim justru terus bergandengan tangan dengan pemimpin Zionis demi mengamankan kepentingannya bersama Amerika. Negeri-negeri muslim di sekitar pun malah menjaga jarak dan perbatasan, Palestina dibiarkan berjuang sendiri warganya meregang nyawa dimusnahkan dengan kelaparan, juga dibombardir tanpa bantuan militer dari saudara seimannya. Pengabaian terhadap derita muslim Gaza disebabkan oleh sekat imajiner nasionalisme, juga penyakit Wahn yang telah merasuki diri penguasa muslim.
Berbagai bantuan yang diberikan baik berupa makanan, pakaian, obat-obatan dan sebagainya, belum menjadi solusi bagi warga Palestina. Lebih dari itu, yang mereka butuhkan adalah tindakan dari para pemimpin dunia untuk mengusir Zionis dari negeri mereka. Gaza butuh bantuan militer yang digerakkan para penguasa muslim untuk membela mereka, bukan hanya sekedar kecaman atau berbagai perundingan yang tidak berarti.
Banyaknya jumlah kaum muslimin saat ini tak berefek besar untuk mobilisasi jihad karena belum bersatunya mereka untuk menuntut para penguasa mereka melawan kekejian Zionis. Hal tersebut disebabkan oleh paham nasionalis yang ciptakan kafir Barat, mereka masih bercerai berai dalam sekat bangsa. Meskipun perasaan umat prihatin dengan apa yang menimpa Palestina, mereka tetap terkungkung dalam nasionalisme. Tanpa disadari umat masih menjadi sasaran empuk keserakahan Barat, mengobok-oboknya dengan isu teroris, memalingkan pemikirannya serta dibajak potensi yang dimiliki bahkan sumber daya alamnya dijarah dan dieksploitasi. Keadaan demikian telah diceritakan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
“Hampir-hampir bangsa-bangsa (kafir) saling mengajak untuk memerangi kalian, sebagaimana orang-orang yang akan makan saling mengajak menuju piring besar mereka”
Seorang sahabat bertanya: “Apakah disebabkan dari sedikitnya kita pada hari itu? “Bahkan, jumlah kalian pada saat itu banyak,” jawab Rasulullah saw. “Akan tetapi, ketika itu kalian bagai buih yang dibawa oleh air. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian penyakit wahn.” Dengan penuh rasa penasaran lalu sahabat yang lain pun bertanya, “Apa itu wahn, wahai Rasulullah?” Rasulullah berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278)
Hakikatnya apa yang terjadi di Palestina merupakan permasalahan semua umat Islam di dunia, yang beban tanggung jawabnya ada di atas pundak mereka. Karena tanah Palestina adalah milik kaum muslimin yang dibebaskan dengan penuh perjuangan hingga harus dijaga kesuciannya. Membiarkan penjajahan dan genosida di sana adalah suatu kezaliman yang berat hisabnya. Karena itu masalah Palestina harus terselesaikan oleh tangan kaum muslimin, bukan di tangan PBB, atau penguasa bangsa yang hanya bisa mengecam, dan berdiplomasi tanpa solusi. Umat Islam harus bersatu dalam satu kepemimpinan, hingga bisa mengirimkan pasukan militer untuk berjihad mengusir penjajah dan musuh-musuh Islam di sana. Persatuan dan aktivitas jihad ini hanya akan terjadi ketika umat memiliki kesadaran, bahwa mereka membutuhkan seorang pemimpin umat Islam (Khalifah).
Saat ini kesadaran umat masih minim, bahkan belum menjadi opini umum mayoritas kaum muslimin. Paham nasionalisme yang tertanam di benak umat telah mengikis keyakinan, bahwa umat muslim adalah satu tubuh, ketika salah satu bagian sakit mala seluruh tubuh akan merasakannya. Kesadaran ini harus dibangun dan digaungkan, agar umat tersadarkan dan memahami bahwa masalah Palestina bukan hanya sekedar penjajahan dan krisis kemanusiaan tapi tersekatnya negeri-negeri muslim menjadi negara bangsa. Alhasil, persatuan dan ruh jihad membela darah Gaza belum terwujud.
Palestina adalah tanah Kharajiyah yang kepemilikannya ada di tangan kaum muslim. Hal ini karena Palestina berada di bawah kekuasaan Islam sejak dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada abad ke 15. Kemudian setelah Kekhalifahan Utsmaniyah runtuh, atas bantuan Inggris tanah tersebut jatuh ke tangan entitas Yahudi dan mereka mendirikan negara di sana. Penduduk Palestina terusir, 77 persen wilayahnya dikuasai Zionis, yang tersisa hanya jalur Gaza dan tepi Barat sungai Yordan. Jelas ini adalah bentuk perampokan wilayah kaum muslimin.
Karena itu, mengupayakan agar Tanah Palestina kembali ke pangkuan Islam adalah kewajiban kaum muslimin. Hanya ada satu cara mengambilnya kembali, yaitu merebutnya kembali dengan memerangi penjajah dan semua negara besar yang mendukungnya.
Hal itu tidak akan bisa dilakukan melalui cara damai atau berbagai macam bentuk perundingan. Namun hanya bisa ditaklukkan dengan jihad fi sabilillah. Aktivitas jihad ini telah dicontohkan oleh Rasulullah saw., dan telah terbukti mampu mengakhiri penjajahan.
Adapun upaya untuk membangun kesadaran umat agar ruh jihad itu kembali tak lain dengan dakwah, di antaranya: pertama, membina umat dengan pemikiran Islam dan menyampaikan tentang urgensi Islam sebagai jalan hidup bagi seorang muslim. Kedua, Membongkar makar dan propaganda penjajah dan musuh Islam, supaya kaum muslimin memiliki kewaspadaan dan tidak mudah terprovokasi oleh narasi yang mereka hembuskan. Ketiga, Membentuk kesadaran dengan cara mengajak berpikir menyeluruh bahwa Islam adalah ideologi yang benar, hingga mampu menyelesaikan seluruh problematik kehidupan. Keempat, memperjuangkan tegaknya institusi pelaksana syariah dan mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia, hingga musuh-musuh Islam tak ada yang berani melukai dan menyerang manusia tanpa hak. Wallahu a’lam bi ash shawab.[]
Illustration by Google
__________________

COMMENTS