Memahami Madleen dan Jalan Kebangkitan Umat

HomeNarasi Fokus

Memahami Madleen dan Jalan Kebangkitan Umat

Umat Islam tak boleh terpaku pada solusi-solusi parsial yang ditawarkan oleh Barat, seperti perundingan damai yang semu atau bantuan kemanusiaan yang terus-menerus dihalangi. Ini semua hanyalah ilusi yang dirancang untuk memperpanjang cengkeraman kezaliman.

Zionis Makin Brutal, Persatuan Umat Solusi Hakiki
Qatar dan Zionis: Antara Diplomasi Bayangan dan Normalisasi Terselubung
Derita Kelaparan Melanda Gaza, Dunia Islam Bungkam Tak Bersuara

Oleh: Cut Putri Cory, M.Pd

(Peneliti Departemen Kajian Strategis Palestina, Institut Muslimah Negarawan)

POROSNARASI.COM — Dalam riuhnya gelombang informasi yang tak henti mengempas kesadaran kita, mudah sekali untuk hanyut dalam hiruk-pikuk berita sesaat, menganggapnya sebagai potongan-potongan peristiwa yang terpisah. Namun, sebagai umat yang diberkahi dengan akal dan iman, serta ideologi yang lahir dari keduanya, kita dituntut untuk melampaui permukaan. Mari kita ajak diri kita pada sebuah perjalanan intelektual dan ideologis, sebuah penjelajahan mendalam untuk menyingkap tabir, menguak lapisan-lapisan kebenaran yang sengaja ditutup-tutupi, demi memahami hakikat sejati penderitaan umat ini.

Fokus kita kali ini adalah insiden kapal “Madleen”, sebuah peristiwa yang, pada pandangan pertama, tampak seperti tragedi kemanusiaan biasa. Kapal kecil ini, dengan niat yang murni dan mulia, membawa setitik harapan dan bantuan untuk keluarga kita di Gaza yang telah lama dikepung. Namun yang terjadi justru dicegat dan dibajak secara paksa oleh entitas Zionis-Yahudi di perairan internasional. Ini bukanlah kecelakaan, bukan pula kesalahpahaman. Ini adalah agresi yang disengaja, pembajakan terang-terangan terhadap kedaulatan maritim, dan pelanggaran fatal terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan yang menjadi slogan mandul ala kapitalisme demokrasi. Organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional bahkan tak ragu menyebutnya sebagai kejahatan perang (Amnesty International).

Penjajah Zionis, dengan arogansi yang melampaui batas nalar manusiawi, berani mencegat kapal sipil di perairan bebas, menangkap para aktivis, dan melontarkan klaim yang merendahkan, menyebut upaya mulia ini sebagai “yacht selfie” [Times of Israel]. Pernyataan ini bukan sekadar hinaan, melainkan cerminan dari mentalitas penjajah yang menganggap nyawa dan martabat kaum Muslimin tiada harganya. Mereka tahu bahwa tindakan semacam ini tak akan mendapat sanksi berarti. Kenapa? Karena mereka beroperasi di bawah payung perlindungan dan dukungan kekuatan-kekuatan kafir imperialis yang menciptakan dan mengendalikan apa yang disebut “hukum internasional” itu sendiri.

Ilusi Hukum Internasional dan Kemunafikan Sistem Global

Di sinilah perjalanan kritis kita dimulai. Hukum internasional, yang konon didirikan untuk menjaga perdamaian dan keadilan global, terbukti hanyalah ilusi yang rapuh di hadapan agresi Zionis. Ia bekerja secara selektif, berlaku keras pada yang lemah, namun tunduk dan diam seribu bahasa saat yang kuat melanggar. Negara-negara adidaya, yang terus-menerus menuntut kepatuhan terhadap prinsip-prinsip hukum internasional, justru secara konsisten memberikan dukungan politik, militer, dan finansial kepada entitas Zionis, yang secara sistematis melanggar setiap norma dan konvensi.

Ini bukanlah inkonsistensi, melainkan kemunafikan yang terstruktur. Hukum internasional, dalam konteks ini, hanyalah alat di tangan kekuatan imperialis untuk menindas bangsa-bangsa yang lemah, menjaga hegemoni mereka, dan memfasilitasi agenda kolonialisme modern. Blokade keji atas Gaza yang telah berlangsung bertahun-tahun, yang secara efektif mengubahnya menjadi penjara terbuka, adalah bukti nyata kegagalan sistem ini. Pembantaian yang terus berlanjut, pemusnahan infrastruktur, dan pembatasan bantuan kemanusiaan adalah kejahatan sistemik yang dibiarkan, bahkan didanai, oleh kekuatan-kekuatan yang mengklaim diri sebagai polisi dunia.

Namun, perjalanan kita tak akan lengkap tanpa menengok ke dalam rumah kita sendiri. Di mana posisi para penguasa di negeri-negeri Muslim? Inilah bagian yang paling menyakitkan, bagian yang paling kritis. Militer-militer besar umat Islam, yang sejatinya memiliki kekuatan untuk membebaskan tanah-tanah yang dijajah dan melindungi kehormatan umat, justru dibiarkan terikat dan tak berdaya. Mereka lebih sering digunakan untuk menindas rakyatnya sendiri atau menjaga kepentingan asing, daripada membela saudaranya yang ditindas penjajah Zionis.

Para penguasa ini, yang seharusnya menjadi pemimpin dan perisai bagi umat, telah memilih jalan pengkhianatan. Mereka telah menjual kedaulatan umat demi kursi kekuasaan dan demi menjaga hubungan baik dengan kekuatan imperialis. Mereka lebih takut kepada Washington dan Tel Aviv daripada kepada Allah SWT. Mereka telah membiarkan umat Islam terpecah belah oleh batas-batas nasionalisme dan patriotisme artifisial, yang sesungguhnya adalah racun yang ditanamkan oleh penjajah Barat untuk melumpuhkan kekuatan kita. Mereka secara aktif mencegah setiap upaya umat untuk bersatu dan bergerak di bawah panji Islam.

Ini bukan sekadar kegagalan. Ini adalah kolaborasi pasif, bahkan aktif, dalam menjaga status quo penindasan. Mereka telah mengkhianati amanah Allah dan amanah umat.

Akar Permasalahan yang Sesungguhnya: Ketiadaan Perisai Umat

Seluruh penderitaan dan penjajahan yang kita saksikan dan dialami langsung oleh Palestina, pembantaian di Gaza, pembajakan kapal bantuan, dan kelemahan umat secara keseluruhan, ini semua memiliki akar masalah yang tunggal dan fundamental, yaitu ketiadaan Khilafah Islamiyah. Sejak perisai umat ini diruntuhkan, umat Islam kehilangan institusi politik yang menyatukan mereka di bawah satu kepemimpinan yang menerapkan syariat Allah SWT.

Tanpa Khilafah, umat Islam menjadi terfragmentasi menjadi lebih dari 50 negara bangsa yang lemah, rentan terhadap intervensi asing, dan mudah menjadi korban agresi. Setiap negara berjuang sendiri-sendiri, terikat oleh kepentingan nasionalisme yang sempit, dan tidak memiliki kekuatan tawar-menawar yang berarti di kancah global. Inilah yang memungkinkan Zionis berkuasa, inilah yang memungkinkan blokade Gaza terus berlanjut, dan inilah yang menyebabkan kapal-kapal bantuan dapat dicegat tanpa konsekuensi berarti. Ini adalah realitas yang harus menyentuh rasionalitas dan iman kita, menggugah kesadaran akan urgensi sebuah solusi yang radikal dan fundamental.

Oleh karena itu, puncak dari perjalanan kita, dan satu-satunya solusi yang hakiki untuk mengakhiri kezaliman ini, adalah tegaknya kembali Khilafah Rasyidah di atas manhaj kenabian. Ini bukan sekadar impian utopis atau nostalgia masa lalu. Ini adalah sebuah kewajiban syar’i (fardhu) dan satu-satunya sistem politik yang secara historis dan ideologis terbukti mampu menyatukan seluruh umat Islam, menggerakkan seluruh sumber daya militer dan ekonomi mereka untuk membebaskan tanah-tanah yang terjajah, dan menerapkan syariat Islam secara kaffah.

Khilafah akan menjadi perisai yang menjaga umat, yang akan membela setiap inci tanah Muslim, dan setiap kehormatan Muslim. Ia akan mengusir penjajah, menghukum para pengkhianat, dan menegakkan keadilan yang merata dalam penerapan syariat Allah. Di bawah naungan Khilafah, tak akan ada lagi kekuatan yang berani membajak kapal secara serampangan untuk menjadi “perompak ilegal” di lautan Allah SWT, tak ada lagi yang berani menindas kaum Muslimin, dan tidak ada lagi yang berani melanggar kedaulatan kita.

Umat Islam tak boleh terpaku pada solusi-solusi parsial yang ditawarkan oleh Barat, seperti perundingan damai yang semu atau bantuan kemanusiaan yang terus-menerus dihalangi. Ini semua hanyalah ilusi yang dirancang untuk memperpanjang cengkeraman kezaliman. Fokuslah pada tujuan utama pembentukan kesadaran kolektif umat Islam dengan bekerja secara sungguh-sungguh dan penuh kesabaran untuk mendirikan kembali Khilafah Islamiyah. Hanya dengan Khilafah, Palestina akan dibebaskan, kehormatan umat akan kembali, dan keadilan hakiki akan terpancar di seluruh penjuru dunia.

Mari kita lanjutkan perjalanan ini, bukan dengan keputusasaan, melainkan dengan keyakinan yang teguh pada janji Allah dan kerja keras yang tiada henti. Wallahu Waliyyut Taufiq.[]

Illustration by Google

__________________

Disclaimer: POROSNARASI.COM adalah wadah untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua penulis bertanggung jawab penuh atas isi dari tulisan yang dibuat dan dipublished di POROSNARASI.COM. Penulis dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum Syara’ dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0